Pembangunan di Indonesia diharapkan menerepakan konsep pembangunan “Green Economy” demi menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian linkungan hidup.
Pembangunan di Indonesia harus mempraktikkan Green Development atau Green Economy, yang intinya ramah terhadap lingkungan.
saat ini proses pembangunan di Indonesia dihadapkan dalam tiga tantangan besar, yakni tantangan ketersedian pangan, energi dan penyediaan energi yang efisien.
Oleh karena itu, konsep Economy Green sangat cocok diterapkan dalam pembangunan Indonesia.
Pertumbuhan perekonomian global selama tahun 2010 diproyeksikan naik menjadi 3,4% dari minus 2,9% pada 2009, dan melambat kembali menjadi 3,2% pada 2011.
Laporan Economic Research & Corporate Development Allianz Group menyebutkan ekonomi global mampu keluar dari puncak resesi di awal 2009, sedangkan pemulihan yang mulai berlangsung sejak pertengahan tahun lalu masih berlanjut sampai saat ini.
“Musim dingin mengganggu sejumlah kegiatan ekonomi di sejumlah negara pada kuartal I/2010, tetapi indikator bisnis utama mengindikasikan momentum pemulihan,” tulis tiga ekonom Allianz Group Eder, Michaela Grimm, dan Gabriele Steck.
Laporan itu menjelaskan proses pemulihan sangat bervariasi di setiap negara dan kawasan, sebagian besar mengandalkan kapasitas sumber daya domestik. Di antara banyak negara, Amerika Serikat masih memimpin pemulihan, sedangkan di negara berkembang didominasi China dan India.
Setidaknya ada tiga hal yang membantu pemulihan. Pertama, dunia dapat menghindari proteksi besar-besaran, meskipun sengketa perdagangan akibat proteksi masih terjadi antar negara. Kedua, pasar negara berkembang, terutama Asia, dapat memanfaatkan momentum pemulihan untuk melangsungkan kegiatan perekonomian. Ketiga, tidak ada perubahan drastis atas prinsip ekonomi dan tidak ada bukti bahwa pasar kelebihan regulasi.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Mencapai 6%
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan akhir tahun ini dapat mencapai 6% meskipun ada gangguan ekonomi dunia di Eropa.
“Sebenarnya kami berharap lebih dari 5,8%, mungkin 6%,” kata Pjs Gubernur BI. Dia mengatakan pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% sudah diprediksi oleh Bank Indonesia, yang berarti bahwa gangguan ekonomi di Eropa tidak terlalu serius mempengaruhi ekspansi ekonomi Indonesia.
Biro Pusat Statistik (BPS) mengatakan PDB Indonesia pada akhir tahun dapat melampaui prediksi pemerintah sebesar Rp 6.254 triliun. Dilaporkan juga bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 1,9% dibandingkan kuartal terakhir tahun 2009, terutama didukung sektor perdagangan yang telah tumbuh 9,3%.
Hal ini jarang terjadi, karena sektor pendukung utama biasanya berasal dari pertanian, yang kini hanya tumbuh 2,9% akibat adanya perubahan musim tanam. Tahun ini, panen besar ditunda sampai bulan April dan Mei.
Indeks harga saham di sejumlah bursa utama Eropa dan Asia sama-sama mengikuti jejak Wall Street, sama-sama turun. Ini menandakan bertambahnya gelombang pesismisme kalangan pasar atas situasi ekonomi global saat ini.
Pada penutupan transaksi Selasa, 25 Mei 2010, indeks Nikkei 225 di Jepang turun 3,1% menjadi 9.459,89. Penurunan indeks Nikkei juga disebabkan oleh menguatnya kurs yen atas euro, sehingga memukul pendapatan eksportir Jepang ke Eropa.
Indeks Hang Seng di Hong Kong anjlok 3,5% menjadi 18.985,50. Penurunan indeks saham sebesar 3% atau lebih juga melanda bursa Australia, Thailand, dan Malaysia. Di bursa India dan Singapura, indeks melemah sebesar lebih dari 2%, sementara di China 1,9%.
Di Korea Selatan, indeks harga saham anjlok hingga 4,5%. Ini juga diakibatkan ketegangan politik dua Korea setelah pemimpin Korea Utara memerintahkan siaga perang menyusul kemarahan Korea Selatan setelah kapal patrolinya ditembak oleh kapal selam dari negara komunis itu.
Situasi di bursa-bursa Eropa setali tiga uang. Dalam pembukaan transaksi di pagi hari (sore waktu Asia), indeks di Inggris dan Jerman turun lebih dari 2%, sedangkan di Prancis 3,1%. Dini hari tadi, indeks-indeks utama di Wall Street melemah hingga lebih dari 1%.
Upaya penyelamatan Bank Sentral Spanyol atas suatu bank lokal akhir pekan lalu justru menambah pesimisme para pelaku pasar manca negara atas kondisi keuangan di Eropa. Para trader sudah sejak lama yakin bahwa krisis utang yang bermula dari Yunani pada akhirnya turut membuat susah negara-negara se-Eropa dan turut mengganggu pemulihan ekonomi global akibat lambatnya pemberian bantuan darurat.
Krisis utang di Eropa turut memukul nilai tukar euro. Mata uang yang digunakan 16 negara Eropa ini dalam beberapa pekan terakhir terus melemah karena kekhawatiran pasar bahwa krisis utang bisa membuat negara-negara ekonomi lemah di Uni Eropa terancam bangkrut.
Namun, kalangan pengamat menilai bahwa aksi lepas saham besar-besaran di bursa-bursa Asia menunjukkan reaksi yang berlebihan dari para investor. Pasalnya, tidak seperti di Eropa, fundamental ekonomi Asia relatif kuat dan tidak bermasalah dengan utang.
Secara fundamental, kawasan ini tidak ikut berubah. Pertumbuhan [ekonomi] masih bagus,” kata Tey Tze Ming, trader dari Saxo Capital Markets di Singapura.
Sumber:
The Global Review “Pemandu Informasi Pengembangan Dunia”
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=2041&type=6